Matahari. Mata Hari. Sumber cahaya alami utama, sehingga kita semua bisa melihat dan dilihat. Matahari adalah sebuah bintang; bintang biasa sebetulnya. Tetapi untuk kita di Tata Surya, ia jelas bintang istimewa, ia kepala keluarga kita. Untuk kita di Bumi ia adalah sumber energi yang tak ada habisnya, yang memberikan kehangatan yang ajeg, minimal untuk kala waktu hidup generasi demi generasi umat manusia dibandingkan dengan umur khas bintang yang milyaran tahun.
Cahaya Matahari, sebagai salah satu bentuk energi yang kita terima, menjadi elemen utama penunjang kehidupan, yang makhluk hidup secara alami manfaatkan, seperti tumbuhan yang berfotosintesa, dan kita lalu ikut menjalankan rantai makanan dengan mengambil posisi di salah satu mata rantainya. Dewasa ini, dengan teknologi, kita juga tuai energi Matahari, lalu mengubahnya menjadi energi listrik untuk mendukung berbagai aktivitas kita dalam peradaban modern.
Bumi dan planet-planet besar dalam Tata Surya terbentuk sebagai hasil samping dari proses kelahiran bintang yang kemudian mapan menjadi Matahari kita. Semenjak itu, dengan massanya yang besar dan dominan, semua planet dan berbagai benda kecil lainnya patuh mengelilinginya.
Namun sejarah detil tiap planet berbeda, dan itu menyebabkan fitur tiap planet unik. Trio kita: Bumi, Bulan, dan Matahari jelas unik. Perbandingan jarak Bumi-Bulan dan Bumi-Matahari tepat proporsional dengan perbandingan diameter Bulan dibandingkan dengan diameter Matahari. Akibatnya di langit kita ukuran terproyeksi Bulan dan Matahari sama. Oleh sebab itu sesekali, ketika pusat Bumi, Bulan, dan Matahari sungguh segaris, kita dapat menyaksikan gerhana matahari total: proyeksi piringan Bulan tepat menutupi proyeksi piringan Matahari. Pada saat Gerhana Matahari Total terjadi, Matahari memunculkan mahkotanya yang ia sembunyikan pada hari-hari normal. Matahari lebih kaya daripada yang kita bisa lihat dan pahami.
Tahun ini Indonesia beruntung, sebagian wilayahnya akan dilintasi oleh Gerhana Matahari Total pada tanggal 20 April 2023. Pada hari-hari dimana terjadi fenomena alam seperti gerhana Matahari dan gerhana Bulan, orang mengarahkan perhatiannya ke langit.
Sepatutnya kita tidak menunggu fenomena langit istimewa untuk baru memperhatikan benda-benda langit, terutama Matahari dan Bulan, yang telah memungkinkan Bumi menjadi rumah untuk berbagai makhluk hidup dari yang sederhana seperti amoeba hingga yang kompleks dan adidaya seperti kita. Kita jadikan Matahari, Bulan, komet, bintang, galaksi, semesta sebagai topik perbincangan sehari-hari, yang menjadikan alam berpikir kita rasional dan siap terinspirasi oleh alam.
Bumi kita berotasi sambil mengelilingi Matahari, dengan poros rotasi yang tidak tegak lurus terhadap bidang edarnya mengelilingi Matahari. Akibatnya, posisi tampak Matahari bergeser, mondar-mandir, dari Utara ke Selatan, dan kembali lagi. Gerak semu tahunan ini yang mengakibatkan empat musim di Bumi bagian Utara dan Selatan. Indonesia yang merangkul ekuator tidak begitu merasakan banyak perbedaan akibat gerak tahunan ini.
Namun, koleksi foto Suryagrafi jelas menunjukkan, secara artistik pula, rekaman pergeseran posisi Matahari dari hari ke hari saat terbit di Timur dan terbenam di Barat. Matahari terlalu besar, terlalu energetik, terlalu menyilaukan untuk kita abaikan. Kita coba pahami bintang kita ini sebagai entitas fisis yang kehadirannya “pas” untuk kita di Bumi. Besar harapan kita, proyek fotografi artistik ini mengembalikan perhatian kita pada alam dengan lebih seksama, dengan ketakjuban dan keingintahuan, dan menghadirkan akalbudi sepenuhnya. Dengan begitu kita bisa mengapresiasi rentannya hidup yang indah ini. Kita jadikan keindahan sebagai yang menjaga kita.
Premana W. Premadi
Astronom Observatorium Bosscha