TRENGGALEK – Teknik foto kamera lubang jarum (KLJ) masih tetap diminati. Meskipun peminatnya tak sebanyak teknik foto konvensional memakai kamera DSLR, mirrorless, atau bahkan smartphone.
Hal ini menarik minat Komunitas Fotografi Trenggalek (KFT) untuk mengikuti challenge (tantangan, Red) tingkat nasional untuk merekam matahari selama 20 hari dengan teknik KLJ alias dipanjer.
Koordinator Komunitas Fotografi Trenggalek (KFT) Tri Yulik Sukmono membenarkan bahwa tantangan merekam matahari selama 20 hari ini merupakan gerakan inisiatif dari Indonesianpinhole.org dan Mulawali Institute.
Latar dari challenge rekam matahari itu untuk memperingati tahun astronomi Indonesia 2023, astronomi modern Nusantara, Observatorium Bosscha, menyambut gerhana matahari total pada 20 April 2023, dan merayakan pinhole day atau hari lubang jarum.
Adapun challenge itu diharapkan dapat mengedukasi masyarakat dan mengenalkan fotografi. “Dikarenakan ini event pertama, sifatnya nasional. Harapannya fotografi KLJ ini dapat dibawa pameran di Trenggalek,” ungkapnya.
Lebih lanjut, pemasangan KLJ merekam matahari di Trenggalek berada di beberapa lokasi. Tri menyebut, total ada 10 KLJ yang dipasang di lokasi Alun-Alun Trenggalek, Pasar Pon, Agro Park, Pantai Konang, STKIP PGRI, dan area persawahan Jalan Kanjeng Jimat.
Sedangkan langkah mengantisipasi gangguan selama merekam matahari, Tri mengaku, terdapat stiker yang ditempelkan di bawah KLJ. Stiker itu berisi larangan agar masyarakat tidak menyentuhnya.
“Peletakannya kebanyakan berada di tiang besi, listrik dan dibalut selotip. Itu agar KLJ tidak goyang kena angin,” jelasnya, saat memasang KLJ di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Agropark, Jumat (10/3) sore.
Hasil jepretan KLJ saat ini belum bisa diketahui, karena hasilnya nanti menunggu cetakan dari panitia penyelenggara yang berada di Bali. “Kalengnya dikirim ke sana sekitar 31, Maret mereka pindai lalu disimpan ke database,” ujarnya.
Lain itu bahan-bahan merakit KLJ itu simpel. Mulai dari kaleng bekas wadah rokok, selotip hitam, aluminium foil, dan jarum. Beberapa bahan itu pun mudah didapatkan dengan harga yang terjangkau.
Namun yang membuat KLJ itu adalah harga film, yang dibanderol hingga Rp 800 ribu untuk satu pack berisi 100 film. “Harga filmnya yang mahal,” tandas ayah tiga putra ini.(tra/rka)
Editor :
Anggi Septian Andika Putra
Sumber :
https://radartulungagung.jawapos.com/berita-daerah/trenggalek/11/03/2023/panjer-10-klj-selama-20-hari-di-penjuru-trenggalek-apa-yang-diburu-kft/