Rekam Matahari adalah program merekam lintasan ekuator matahari secara serentak di berbagai wilayah Indonesia, menggunakan medium kamera lubang jarum (pinhole) dengan teknik suryagrafi. Lokasi perekaman di Nangroe Aceh Darussalam berada di beberapa kota antara lain Pidie, Meulaboh, Kota Banda Aceh, dan Bireuen dengan jumlah pengajuan lokasi perekaman sebanyak dua puluh tiga buah. Lokasi sebanyak itu merupakan usulan dari sebelas orang peserta.

Pengiriman kamera ke Provinsi Nangroe Aceh Darussalam berjumlah sebanyak dua puluh tiga buah dilakukan pada tanggal 24 Februari 2023. Kamera kamera tersebut akan digunakan untuk merekam lintasan matahari pada lokasi sebagai berikut : Water toren di Kota Sigli, landmark ujung karang, cagar budaya tugu kupiah meukutop, Cagar Budaya Gunongan, Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Putroe Phang Banda Aceh, Museum Rumah Aceh, Museum Tsunami, Monumen pesawat seulawah RI-001, Pinto aceh, Replika pesawat RI-001, Tugu proklamasi, Pinto Khop, Melinjo, Kapal tsunami, PLTD apung, Taman Putroe Phang, Benteng Indrapatra, dan lima lokasi lainnya.

Peserta Rekam Matahari di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam adalah laki laki dan perempuan dengan rentang usia 22 hingga 48 tahun. Berdasarkan pengakuannya, kebanyakan belum pernah mendengar atau melakukan seni fotografi lubang jarum. Beberapa dari mereka pernah membaca hingga mempraktikkannya. Dalam hal perekaman suryagrafi, mereka hanya pernah membaca namun belum pernah praktik.

Motivasi mereka untuk mengikuti rekam matahari antara lain : tertarik, ingin mencoba hal yang baru, mendapatkan pengalaman baru, mengangkat potensi daerah, ingin bernostalgia, menyukai fotografi, menyukai astronomi, saling berkoneksi, dan berkolaborasi memotret (merekam) lintasan matahari secara serentak.

KOTA BANDA ACEH DAN KISAHNYA

Mughnie Muhammad melakukan perekaman di Monumen Kilometer Nol Kota Banda Aceh yang berada di kawasan Gampong Pande, Kecamatan Kuta Raja Banda Aceh. Monumen Kilometer nol merupakan monumen penanda cikal bakal lahirnya ibu kota provinsi Aceh. Tugu tersebut bertuliskan “Nol kilometer Banda Aceh. Inilah tempat awal mulanya Kota Banda Aceh sejak didirikan oleh Sultan Johan Syah yaitu pada hari Jumat tanggal 1 Ramadhan 601 H (22 April 1205 M)”. Kota Banda Aceh pun menjadi salah satu kota Islam tertua di Asia Tenggara. Sultan Johan Syah sendiri merupakan sultan pertama kerajaan Darussalam, kerajaan Islam yang didirikan setelah runtuhnya kerajaan Indra Purba.

Motivasinya mengikuti Rekam Matahari adalah Belajar memotret kamera pinhole sekaligus mengabadikan momen serentak se Indonesia. Menurutnya pengalaman merekam matahari sangat menarik dan pengalaman baru untuknya.

Nur Wahyuniati melakukan perekaman di tiga tempat yaitu : Masjid Raya Baiturrahman, Monumen Gunongan dan Pinto Khop. Pada lokasi pertama, Kamera diletakkan di Menara Utama Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. Masjid Raya Baiturrahman dibangun pada tahun 1879 dan merupakan simbol agama, budaya, semangat, kekuatan, perjuangan dan nasionalisme rakyat Aceh. Masjid ini adalah landmark Kota Banda Aceh sejak era Kesultanan Aceh dan selamat dari bencana gempa dan tsunami pada 26 Desember 2004 silam.

Pada lokasi kedua, kamera diletakkan di area halaman balai pelestarian peninggalan purbakala Aceh, dengan Obyek Monumen Gunongan. Cagar Budaya Monumen Gunongan dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada abad ke 16 diperuntukkan untuk istrinya yang bernama Putri Kamaliah yang merupakan seorang Putri yang berasal dari Kerajaan Pahang di Semenanjung Utara Melayu, disebut juga Putri Pahang (di Aceh dikenal dengan sebutan Putroe Phang). Seiring berjalannya waktu, setelah sekian lama berpisah dari kampung halamannya, sang permaisuri pun mulai merindukan daerah Pahang. Pada saat itu, daerah Pahang dikenal dengan daerah yang memiliki banyak pegunungan. Dikarenakan rasa rindu yang terus menerus mendera itulah akhirnya Sultan Iskandar Muda memutuskan untuk membangun sebuah bangunan yang menyerupai bukit-bukit layaknya sebuah gunung yang disebut Gunongan. Sang Sultan berharap dengan dibangunnya Gunongan ini, sang permaisuri akan merasa seperti di kampung halamannya ketika sedang menaiki Gunongan ini.

Pada lokasi ketiga, Kamera diletakkan di taman Putroe Phang dengan obyek Pinto Khop. Cagar Budaya Pintu khop dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada masa kejaaanya yang dipergunakan sebagai pintu penghubung antara Istana dengan taman sari Gunongan atau Taman Gairah terletak di halaman istana bagian belakang, pinto khop saat ini sudah ditata rapi dan dikelilingi kolam yang airnya sangat jernih dan bersih yang airnya dialiri dari sungai darul Ashiqi, sungai ini bukan sungai alam akan tetapi sungai yang sengaja dibuat panjangnya sekitar ± 5 km dari pegunungan Mataie kecamatan Darul Imarah Kab. Aceh Besar, sungai ini dibagi dua arah yang satu arahnya ke punge tembus ulee lheue (ulelee) dan yang satu lagi arahnya melewati kolam pinto Khop yang mengalir hingga bawah Istana (melalui Pendopo Gubernur saat ini) yang menembus ke sungai Krueng Aceh.

Motivasinya mengikuti Rekam Matahari adalah penggemar astronomi dan fotografi. menarik sekali jika bisa berpartisipasi dan belajar hal baru tentang solargraphy. seru pasti. Pengalamannya dalam merekam matahari adalah Pengalaman ini sangat menarik, saat saya menghadap Kepala UPTD Masjid Raya Baiturrahman Bapak Saifan Nur, S.Ag, M.Si untuk sosialisasi program rekam matahari sekaligus meminta izin pemasangan kamera di menara utama respon beliau sangat positif dan mendukung. Saya segera diberikan akses dan dibantu proses pemasangan dan pengawalan oleh petugas menara. Saat proses pemasangan saya juga dibantu oleh 2 orang rekan fotografer yaitu Mughnie Muhammad dan Muhammad Iqbal.

Sedangkan pengalaman pada lokasi kedua adalah sangat menarik dan menyenangkan. Respons stakeholders juga sangat positif. Saya melakukan audiensi langsung dengan kepala balai pelestarian kebudayaan Aceh dan beliau sangat mengapresiasi dan memberikan dukungan penuh atas program ini. Saat proses pemasangan kamera pun saya dibantu oleh petugas keamanan gunongan serta 2 orang partner saya yaitu saudara Nubuwat Farhan dan Mustafa.

Hal yang sama pun dialami pada lokasi perekaman ketiga, Sangat menarik dan menyenangkan. Proses pemasangan di lokasi ini dibantu oleh petugas keamanan setempat serta 2 orang partner saya yaitu saudara Nubuwat Farhan dan Mustafa.

Salman Al Farisi melakukan perekaman di lima titik yaitu : Monumen Boat di atas rumah, Stadion Harapan Bangsa, Masjid Baiturrahim Ulee Lheue, Komplek Taman Ratu Safiatuddin dan pasar aceh/mal pelayanan publik. Lokasi pertama adalah boat nelayan yang terbawa arus tsunami dan menyangkut di atap rumah warga tahun 2004. Lokasi kedua merupakan salah satu stadion sepakbola serta pusat kegiatan olahraga di banda aceh. Lokasi ketiga merupakan salah satu masjid yang tidak hancur saat tragedi tsunami tahun 2004, meskipun berada sangat dekat dengan laut. Lokasi keempat merupakan anjungan aceh selatan, Komplek Taman Ratu Safiatuddin, taman yang berisi banyak bangunan rumah-rumah tradisional di aceh. Sedangkan lokasi kelima merupakan pasar aceh/mal pelayanan publik, dari rooftop mal pelayanan publik kita dapat melihat ke sekeliling Kota Banda Aceh.

Motivasinya mengikuti Rekam Matahari adalah ingin merasakan kembali serunya bermain pinhole karena sudah lama tidak bermain pinhole. Pengalamnnya dalam merekam matahari adalah seru, menyenangkan, deg-degan karna takut hasilnya ga sesuai keinginan, berharap semoga hasilnya bagus. lumayan ribet namun seru dan menyenangkan.

Julinar Nora melakukan perekaman di PLTD Apung Kota Banda Aceh, tsunami 2004 membawa kapal dengan bobot 2.600 ton dari Ulee Lheue hingga ke jantung kota, tepatnya di desa Punge Blang Cut Kota Banda Aceh. Motivasinya mengikuti Rekam Matahari adalah ingin praktik langsung menggunakan kamera lubang jarum yang selama ini hanya sekedar membaca dan melihat di YouTube saja. Sedangkan pengalamannya merekam matahari adalah Lumayan sulit menentukan titik pemasangan kamera karena mudah dijangkau oleh anak-anak.

Selain nama nama diatas, masih ada dua lagi yang mengajukan lokasi perekaman.

KOTA PIDIE DAN KISAHNYA

Ghazal Nukisra Bahri melakukan perekaman di Sigli dengan obyek water leading, lokasinya di jalan Perdagangan, blok bengkel Sigli. Objek tersebut merupakan objek sangat bersejarah di Kota Sigli. Water Leading tersebut adalah peninggalan masa penjajahan Belanda. Motivasinya mengikuti Rekam Matahari adalah sebuah hal baru yang belum pernah saya praktekkan dan saya ingin mencobanya. Sedangkan pengalamnnya merekam matahari adalah keren sih.

Selain nama diatas, masih ada satu lagi yang mengajukan lokasi perekaman.

KOTA MEULABOH DAN KISAHNYA

Irfandi melakukan perekaman pada dua lokasi yaitu : tugu pahlawan kupiah meukutop teuku umar dan mercusuar ujung karang. Lokasi pertama mempunyai nilai sejarah yang sangat kuat bagi warga meulaboh, yang mana di tempat tersebut adalah lokasi syahid nya pahlawan nasional Teuku Umar ketika belanda melakukan penyergapan saat teuku umar melakukan perjalan gerilya. Dimana belanda mendapat informasi bahwa teuku umar sedang melewati lokasi tersebut.

Lokasi perekaman kedua adalah mercusuar yang merupakan salah satu obyek atau tempat yang terdampak langsung gelombang tsunami, yang mana obyek tersebut berada dekat pelabuhan ujung karang yang merupakan salah satu wilayah yang paling parah ketika tsunami menerjang aceh tahun 2004 silam.

Motivasinya mengikuti Rekam Matahari adalah ingin berpartisipasi dengan mengangkat potensi daerah yang dikenal dengan kota pahlawan teuku umar dan cut nyak dhin, juga ingin mencari pengalama baru dan teman baru. Berdasarkan pengalamnnya, kesempatan ini merupakan pengalaman yang baru bagi saya, dan saya sangat bersemangat belajar tentang ruang lingkup potograpi ini, bahkan saat pesangan kamera pinhole ada beberapa warga yang penasaran tentang kamera tersebut saat saya sedang memasang kamera

KOTA BIREUN DAN KISAHNYA

Ada seseorang kota ini yang mengajukan satu lokasi perekaman, motivasinya adalah tetarik dengan karya foto.

SELAYANG PANDANG

Suryagrafer di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam lebih banyak memilih obyek landmark yang mengisahkan tentang peristiwa tsunami tahun 2004. obyek landmark tersebut adalah Pltd Apung Kota Banda Aceh, Stadion Harapan Bangsa Banda Aceh, Monumen Boat Di Atas Rumah Lampulo Banda Aceh, Masjid Baiturrahim Ulee Lheue, Komplek Taman Ratu Safiatuddin, Mal Pelayanan Publik, Tugu Pahlawan Kupiah Meukutop Teuku Umar, Mercusuar Ujung Karang dan Sigli, Water Leading.

Sedangkan obyek Cagar Budaya adalah Monumen Kilometer Nol Kota Banda Aceh, Masjid Raya Baiturrahman, Monumen Gunongan dan Pinto Khop.

KARYA SURYAGRAFI DI NANGROE ACEH DARUSSALAM

Pltd Apung Kota Banda Aceh

Monumen Kilometer Nol Kota Banda Aceh

Masjid Raya Baiturrahman

Monumen Gunongan.

Pinto Khop.

Stadion Harapan Bangsa Banda Aceh

Monumen Boat Di Atas Rumah, Lampulo, Banda Aceh

Masjid Baiturrahim Ulee Lheue

Komplek Taman Ratu Safiatuddin

Mal Pelayanan Publik

Tugu Pahlawan Kupiah Meukutop Teuku Umar

Mercusuar Ujung Karang

Sigli, Water Leading

Masih dalam proses digitalisasi

Terima kasih atas partisipasinya dalam kegiatan rekam matahari 2023.