Nur Wahyuniati melakukan perekaman di tiga tempat yaitu : Masjid Raya Baiturrahman, Monumen Gunongan dan Pinto Khop. Pada lokasi pertama, Kamera diletakkan di Menara Utama Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. Masjid Raya Baiturrahman dibangun pada tahun 1879 dan merupakan simbol agama, budaya, semangat, kekuatan, perjuangan dan nasionalisme rakyat Aceh. Masjid ini adalah landmark Kota Banda Aceh sejak era Kesultanan Aceh dan selamat dari bencana gempa dan tsunami pada 26 Desember 2004 silam.
Pada lokasi kedua, kamera diletakkan di area halaman balai pelestarian peninggalan purbakala Aceh, dengan Obyek Monumen Gunongan. Cagar Budaya Monumen Gunongan dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada abad ke 16 diperuntukkan untuk istrinya yang bernama Putri Kamaliah yang merupakan seorang Putri yang berasal dari Kerajaan Pahang di Semenanjung Utara Melayu, disebut juga Putri Pahang (di Aceh dikenal dengan sebutan Putroe Phang). Seiring berjalannya waktu, setelah sekian lama berpisah dari kampung halamannya, sang permaisuri pun mulai merindukan daerah Pahang. Pada saat itu, daerah Pahang dikenal dengan daerah yang memiliki banyak pegunungan. Dikarenakan rasa rindu yang terus menerus mendera itulah akhirnya Sultan Iskandar Muda memutuskan untuk membangun sebuah bangunan yang menyerupai bukit-bukit layaknya sebuah gunung yang disebut Gunongan. Sang Sultan berharap dengan dibangunnya Gunongan ini, sang permaisuri akan merasa seperti di kampung halamannya ketika sedang menaiki Gunongan ini.
Pada lokasi ketiga, Kamera diletakkan di taman Putroe Phang dengan obyek Pinto Khop. Cagar Budaya Pintu khop dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada masa kejaaanya yang dipergunakan sebagai pintu penghubung antara Istana dengan taman sari Gunongan atau Taman Gairah terletak di halaman istana bagian belakang, pinto khop saat ini sudah ditata rapi dan dikelilingi kolam yang airnya sangat jernih dan bersih yang airnya dialiri dari sungai darul Ashiqi, sungai ini bukan sungai alam akan tetapi sungai yang sengaja dibuat panjangnya sekitar ± 5 km dari pegunungan Mataie kecamatan Darul Imarah Kab. Aceh Besar, sungai ini dibagi dua arah yang satu arahnya ke punge tembus ulee lheue (ulelee) dan yang satu lagi arahnya melewati kolam pinto Khop yang mengalir hingga bawah Istana (melalui Pendopo Gubernur saat ini) yang menembus ke sungai Krueng Aceh.
Motivasinya mengikuti Rekam Matahari adalah penggemar astronomi dan fotografi. menarik sekali jika bisa berpartisipasi dan belajar hal baru tentang solargraphy. seru pasti. Pengalamannya dalam merekam matahari adalah Pengalaman ini sangat menarik, saat saya menghadap Kepala UPTD Masjid Raya Baiturrahman Bapak Saifan Nur, S.Ag, M.Si untuk sosialisasi program rekam matahari sekaligus meminta izin pemasangan kamera di menara utama respon beliau sangat positif dan mendukung. Saya segera diberikan akses dan dibantu proses pemasangan dan pengawalan oleh petugas menara. Saat proses pemasangan saya juga dibantu oleh 2 orang rekan fotografer yaitu Mughnie Muhammad dan Muhammad Iqbal.
Sedangkan pengalaman pada lokasi kedua adalah sangat menarik dan menyenangkan. Respons stakeholders juga sangat positif. Saya melakukan audiensi langsung dengan kepala balai pelestarian kebudayaan Aceh dan beliau sangat mengapresiasi dan memberikan dukungan penuh atas program ini. Saat proses pemasangan kamera pun saya dibantu oleh petugas keamanan gunongan serta 2 orang partner saya yaitu saudara Nubuwat Farhan dan Mustafa.
Hal yang sama pun dialami pada lokasi perekaman ketiga, Sangat menarik dan menyenangkan. Proses pemasangan di lokasi ini dibantu oleh petugas keamanan setempat serta 2 orang partner saya yaitu saudara Nubuwat Farhan dan Mustafa.