TEMPO.CO, Jakarta – Kelompok penggemar fotografi lubang jarum Indonesian Pinhole mengajak warga dari Aceh sampai Papua terlibat dalam perekaman gerak matahari dalam rangka menyambut gerhana matahari. Menggunakan kamera lubang jarum yang terbuat dari kaleng bekas, lokasi perekamannya ditargetkan tersebar di 500 titik.

“Suryagrafi atau solargraphy adalah teknik khusus untuk merekam lintasan matahari,” kata fotografer Syafiudin Vifick di acara Talkshow Menyambut Gerhana Matahari Total 20 April 2023 oleh Observatorium Bosscha pada Sabtu, 19 Maret 2023.

Waktu perekaman gerak matahari di Indonesia itu berlangsung serentak sejak 18 Februari hingga 25 Maret 2023. Rencananya, menurut Vifick, semua karya foto solargraphy hasil pemotretan akan ditampilkan dalam pameran foto di Kupang serta buku digital. Waktu pameran dirancang April mendatang untuk menyambut momen gerhana matahari total 20 April dan Hari Internasional Kamera Lubang Jarum 30 April.

Tujuan kegiatan itu untuk mendokumentasikan lintasan matahari di berbagai daerah di Indonesia dengan data koordinat dan informasi potensi energi matahari serta visual yang artistik. Sasaran obyek gambarnya berlatar bangunan khas atau cagar budaya di lokasi masing-masing peserta. Panitia membuat 500 kamera lubang jarum yang dikirim dan dipinjamkan ke peserta.

Dari contoh hasil karya sebelumnya, kata Vifick, perekaman gerak matahari itu sekaligus mengamati cuaca. Misalnya pada perekaman di Malang selama 90 hari yang membentuk pola garis vertikal. “Ada bagian bolong karena waktu itu cuaca mendung atau hujan,” ujarnya. Garis vertikal lintasan matahari itu karena posisi Indonesia yang berada di daerah katulistiwa atau ekuator.

Suryagrafi atau solarigraphy adalah teknik perekaman lintasan matahari dengan menggunakan kamera lubang jarum (pinhole), di mana kertas foto atau emulsi diekspos dalam waktu yang lama dari mingguan hingga tahunan. Lintasan surya itu akan terekam dengan bentuk garis-garis berwarna setelah pencucian foto. Penempatan kameranya seperti di tiang atau tembok lalu dihadapkan pada arah lintasan matahari di Indonesia yang bergerak dari timur ke barat.

Di beberapa lokasi peserta, ada beberapa laporan soal kamera yang hilang dari tempat pemasangan, seperti di Jawa Barat, Makasar, dan Bali. Panitia telah mengantisipasi kerentanan itu dengan menyiapkan kamera lima kali lipat dari target 100 hasil foto di berbagai lokasi.