Suryagrafi atau solarigraphy adalah teknik perekaman lintasan matahari, dengan menggunakan fotografi lubang jarum (pinhole). Dimana kertas foto (emulsi) di-expose dalam waktu yang lama, dari beberapa jam, beberapa bulan hingga bahkan bisa sampai beberapa tahun tahun. Hasil suryagrafi menunjukkan jalur lintasan matahari yang berbeda, sesuai dengan garis lintang masing-masing di atas permukaan bumi.
Pada tahun 2000, Diego López Calvín, Sławomir Decyk dan Paweł Kula memulai karya fotografi global dan tersinkronisasi yang dikenal sebagai “Proyek Solaris“. Karya ini, yang memadukan seni dan sains, didasarkan pada partisipasi aktif melalui Internet dari orang-orang yang tertarik pada pergerakan semu matahari, yang difoto dengan kamera lubang jarum buatan tangan, yang sarat dengan bahan fotosensitif dan mengalami paparan waktu yang sangat lama. Eksperimen sebelumnya dengan eksposur panjang pada kertas fotosensitif dan dengan pendaftaran busur matahari di langit dilakukan pada akhir tahun 90-an di Polandia oleh siswa Paweł Kula, Przemek Jesionek, Marek Noniewicz dan Konrad Smołenski dan pada tahun 80-an oleh Dominique Stroobant.
Untuk melakukan ini mereka menemukan kata SOLARIGRAFIA, SOLARIGRAFI, yang akar kata “SOLAR” mengacu pada objek penelitian: Matahari. Akhiran “GRAPHY” menunjukkan kemungkinan penulisan dan tautan “i” mengacu pada sifat proyek INTERNASIONAL, serta INTERNET, ini adalah metode yang mereka gunakan sejak awal untuk membuat konsep dan menarik orang dari seluruh dunia untuk berpartisipasi, kemudian membuat situs http://solarigrafia.com. Sejak itu, diketahui dan dipraktikkan oleh fotografer atau amatir lain. Kemudian banyak proyek solarigrafi, lokakarya, pameran, dan karya-karya baru di website maupun di ruang fisik telah dikembangkan. Di Indonesia kemudian dikenal dengan istilah suryagrafi.
Perekaman Suryagrafi oleh Sam Cornwell sekitar Desember 2018 hingga Juni 2019. Jejak jalur matahari dipantulkan oleh latar depan Williestruther Loch, di Perbatasan Skotlandia. Karya ini dirilis di website NASA tanggal 21 Desember 2019.
Sumber : Nasa
Suryagrafi adalah gambar yang menunjukkan elemen nyata yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, mewakili lintasan semu matahari di langit akibat rotasi bumi pada porosnya. Dibuat dengan menggunakan kamera lubang jarum dan eksposur yang sangat lama, dari beberapa jam hingga beberapa bulan dan bahkan beberapa tahun. Suryagrafi terpanjang yang diketahui ditangkap selama delapan tahun. Yang menarik, hasil suryagrafi menunjukkan jalur lintasan matahari yang berbeda, sesuai dengan garis lintang masing-masing di atas permukaan bumi.
Kamera lubang jarum berisi kertas fotografi hitam putih dengan emulsi (yang peka terhadap cahaya) sehingga langsung menghitam di permukaan ketika terpapar sinar matahari. Lintasan matahari dan gambar lanskap muncul langsung di permukaan kertas membentuk negatif, yang kemudian didigitalkan (scan) dan diolah dengan perangkat lunak pengolah gambar, yakni mirror dan invert. Warna yang muncul merupakan warna yang organik, reaksi kimia ketika emulsi pada kertas foto hitam putih tersebut terkena paparan sinar matahari, bukan diwarnai saat olah digital. Gambar-gambar ini juga memberikan informasi tentang periode dimana matahari tidak tampak bersinar karena tertutup awan, yang memberikan informasi tentang cuaca.
Berbeda dengan di Eropa, Indonesia adalah negara dengan lintasan matahari ekuator. Lintasannya lewat atas, jadi tidak bisa tampak sunrise ketemu sunset seperti di Eropa, seperti karya Sam Cornwell dan Regina Valkenborgh. Untuk memotret suryagrafi di Indonesia, kita harus memilih: menghadap ke timur atau barat, atau sekalian hadap ke atas. Pemilihan arah lintasan matahari perlu pengamatan terlebih dahulu sebelum kamera dipasang. Klik foto-foto di bawah ini untuk melihat beberapa karya suryagrafi di Indonesia.